RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Rabu, 19 Juni 2019

Tersandung Kasus KDRT, Penjabat Menhan AS Mundur

Tersandung Kasus KDRT, Penjabat Menhan AS Mundur


AGEN CASINO ONLINE

Penjabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Patrick Shanahan, mundur dari posisinya setelah muncul laporan tentang dugaan kekerasan dalam rumah tangga yang menyeret namanya. Shanahan juga akan mengundurkan diri sebagai wakil menteri pertahanan.

Mundurnya Shanahan menjadikan pria itu keluar dari bursa pertimbangan posisi tetap Menhan AS. Demikian disampaikan Presiden Donald Trump dalam sebuah twit pada Selasa 18 Juni 2019 waktu lokal, seperti dikutip dari CBS News, Rabu (19/6).

Trump mengumumkan bahwa posisi penjabat Menhan AS akan digantikan oleh Menteri Urusan Angkatan Darat (Secretary of the Army), Mark Esper.

Secretary of the Army merupakan pejabat sipil di bawah naungan Kementerian Pertahanan AS yang mengatur hal-hal administratif berkaitan dengan Angkatan Darat Amerika Serikat.

Meski belum secara resmi mencalonkan Shanahan, namun pekan lalu, Presiden Trump memberi sinyal akan menambatkan pilihan akhirnya pada eks eksekutif Boeing itu untuk posisi tetap Menhan Amerika Serikat.

Pada Selasa 18 Juni 2019, surat kabar USA Today melaporkan bahwa Biro Investigasi Federal (FBI) tengah memeriksa insiden pada 2010 antara Shanahan dengan istrinya, Kimberley Jordinson.

Keduanya mengklaim dalam laporan kepolisian lokal telah menerima kekerasan dari satu sama lain. Shanahan dan Jordinson masih mempertahankan klaim mereka selepas mereka bercerai beberapa tahun lalu.

Sementara itu, surat kabar the Washington Post menerbitkan artikel yang membahas dugaan insiden kekerasan pada tahun 2011 yang melibatkan Jordinson dan putra mereka yang berusia 17 tahun, William Shanahan. The Post melaporkan William Shanahan secara brutal memukuli ibunya "hingga berdarah-darah."

Shanahan, kata the Post, membela putrannya dalam dugaan insiden itu, menulis dalam memo bahwa putranya bertindak membela diri.

Namun, Shanahan menyatakan kepada the Post bahwa memo itu ia tulis saat dirinya belum memahami tingkat keparahan luka istrinya akibat kekerasan tersebut.

Di sisi lain, Gedung Putih mengatakan kepada CBS News bahwa mereka telah mengetahui sejak cukup lama mengenai insiden KDRT di yang melibatkan putra Shanahan. Tetapi, Gedung Putih mengaku tidak mengetahui tentang insiden KDRT lain yang melibatkan Shanahan sebagai pelaku.

Mitch McConnell, pemimpin mayoritas Senat AS dari fraksi Republik mengatakan bahwa ia mempercayai penuh keputusan Presiden untuk menunjuk Mark Esper sebagai penjabat Menhan AS menggantikan Shanahan yang mengundurkan diri.

Namun, McConnell mengatakan akan "lebih baik memiliki menteri pertahanan yang resmi ditunjuk dan bersifat tetap."

Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, Jim Inhofe dari fraksi Republik setuju bahwa "demi keamanan nasional, kita memerlukan Menteri Pertahanan yang terkonfirmasi --bukan hanya penjabat sementara-- dan saya berharap bahwa kita dapat mencapai titik itu secepat mungkin."

Pemimpin Minoritas Senat AS Chuck Schumer dari fraksi Demokrat yang beroposisi mengkritik tentang awal mula penunjukkan Shanahan.

"Mereka tidak suka memeriksa semua Wakil Menteri ini, Wakil itu, Asisten ini, jangan diperiksa dan lihat apa yang terjadi ketika kamu tidak diperiksa."

Schumer juga menyebut bahwa saat ini merupakan "masa yang sulit bagi Kemhan AS ... tak memiliki pemimpin di tengah ketegangan AS - Iran," ujarnya seperti dikutip dari CBS News.

Senator Demokrat Richard Blumenthal, anggota Komite Layanan Bersenjata Senat, mengatakan ia percaya "mungkin ada penyembunyian yang disengaja" dari masalah-masalah domestik Shanahan, dan ia ingin inspektur jenderal departemen untuk menyelidiki masalah tersebut.

Gempa 6,5 SR Guncang Selandia Baru

Gempa 6,5 SR Guncang Selandia Baru


AGEN CASINO ONLINE

Kepulauan Kermadec di Selandia Baru diguncang gempa bumi sore tadi waktu setempat. Ini merupakan lindu kedua di kawasan yang sama dengan magnitudo signifikan sepanjang pekan ini.

Sejauh ini tak ada ancaman tsunami yang dicatat setelah gempa bermagnitudo 6,8 melanda pada kedalaman 10 km pada pukul 19.00 waktu lokal, the NZ Herald melaporkan (19/6).

Namun, magnitudonya diubah oleh Kementerian Pertahanan Sipil dan Manajemen Darurat (MCDEM) yang merevisi kekuatannya menjadi 6,5.

Belum ada juga laporan mengenai korban dan kerusakan yang disebabkan gempa.

Selandia Baru merupakan salah satu negara ring of fire di Pasifik, dengan gempa menjadi salah satu bencana alam yang rutin terjadi.

Pada Minggu 16 Juni, dua ancaman tsunami diumumkan dan dicabut beberapa saat kemudian oleh Kementerian Pertahanan Sipil dan Manajemen Darurat.

Ancaman dikeluarkan setelah dua gempa bumi di dekat Kepulauan Kermadec, yang pertama bermagnitudo 7,0 pada pukul 10.55 pagi dan yang kedua berkekuatan 6,8 sebelum pukul 5.30 sore.

"Tidak ada ancaman tsunami di Selandia Baru setelah gempa M 6,6 di wilayah Kepulauan Kermadec," kata MCDEM pada hari Minggu melalui Twitter.

"Berdasarkan informasi saat ini, penilaian awal adalah bahwa gempa bumi tidak mungkin menyebabkan tsunami yang akan menimbulkan ancaman bagi Selandia Baru."

Pria Bersenjata Serang Dua Desa di Mali, 41 Orang Tewas

Pria Bersenjata Serang Dua Desa di Mali, 41 Orang Tewas


AGEN CASINO ONLINE

Sejumlah pria bersenjata menyerang dua desa di Mali Tengah pada Senin 17 Juni 2019 malam. Peristiwa itu mengakibatkan 41 orang tewas.

Mengendarai sepeda motor, para pria bersenjata dilaporkan melakukan penembakan sebagai aksi balasan terkait perseteruan berlatar etnis yang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir, kata seorang wali kota setempat pada Selasa 18 Juni.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (19/6), penembakan itu menyasar Desa Yoro dan Gangafani 2, di mana banyak milisi etnis setempat kerap berseteru sengit, sehingga berdampak pada keamanan dan keselamatan warga sipil dari masing-masing kubu.

"Para korban penembakan tersebut sebagian besar berasal dari etnis Dogon," kata Wali Kota Yoro, Issiaka Ganame, di mana 24 orang tewas dan 17 lainnya meninggal di Gangafani 2.

"Sekitar 100 pria bersenjata tak dikenal, yang mengendarai motor, tiba-tiba menyerang Yoro dan menembaki penduduk," kata Ganame kepada kantor berita Reuters.

"Kemudian mereka berpindah ke Desa Gangafani 2, yang berjarak sekitar 15 kilometer jauhnya," lanjutnya.

Kekerasan terjadi dalam beberapa bulan terakhir di Mali Tengah, sebagian besar merupakan perseteruan antara militan Dogon dan kelompok penggembala dari etnis Fulani.

Sebelumnya, serangan serupa terjadi pekan lalu di sebuah desa yang banyak dihuni oleh simpatisan Dogon, di mana menewaskan sedikitnya 35 orang. Oknum dari Fulani diyakini sebagai dalang dibalik serangan itu.

Mundur ke bulan Maret, tersangka anggota militan Dogon membunuh lebih dari 150 orang Fulani di dua desa di Mali Tengah, di mana insiden itu disebut sebagai pertumpahan darah terburuk dalam sejarah negara itu.

Di lain pihak, pemerintahan Ibrahim Boubacar Keita telah berjanji untuk melucuti senjata militan, tetapi kemudian kesulitan dalam mewujudkannya.

Kelompok militan terkait mendapat perlindungan dari berbagai komunitas lokal yang tidak percaya pemerintah melindungi mereka.

Pada hari Selasa, dua serikat buruh yang mewakili para pegawai negeri setempat menyerukan evakuasi segera dari Mopti, tempat di mana kekerasan kerap terjadi.

Para pegawai negeri didesak meninggalkan kantor mereka dan mencari perlindungan ke ibu kota regional, guna menghindari ancaman pembunuhan.

"Presiden Keita mengatakan dia akan melucuti semua milisi. Tapi, hingga saat ini, kami masih memperhatikan dan menunggu pelucutan senjata dan implementasi langkah-langkah perlindungan," kata Ousmane Christian Diarra, sekretaris jenderal Sindikat Nasional Administrasi Sipil, nama salah satu serikat buruh.

Sementara itu, militer Prancis masih melakukan intervensi di Mali --yang merupakan bekas koloninya-- sejak 2013, guna berusaha memukul mundur gerakan militan dari wilayah utara negara itu.

Tetapi sejak itu, militan berkumpul kembali dan menggunakan Mali utara dan tengah sebagai basis banyak penyerangan, yang sering memicu ketegangan di antara berbagai komunitas.