RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Selasa, 04 April 2017

Satpol PP beri SP II, Komunitas Angklung Yogyakarta ngadu ke DPRD

Satpol PP beri SP II, Komunitas Angklung Yogyakarta ngadu ke DPRD


AGEN KASINO

15 Komunitas angklung yang tergabung ke dalam Paguyuban Angklung Yogyakarta (PAY) mengadu ke Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Pandawa. Aduan ini dikarenakan adanya larangan para pemain musik angklung ini untuk berkegiatan di trotoar jalan raya.

Larangan berkegiatan tersebut dikeluarkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY. Menurut Alim, salah seorang anggota PAY, Satpol PP DIY sudah memberikan dua kali surat peringatan (SP) kepada PAY. SP I dilayangkan Satpol PP pada 24 Mei 2016. Sedangkan SP II diberikan pada 23 Maret 2017.

"Pegiat seni angklung sudah ada sejak tahun 2009 hingga sekarang. Dulu aman-aman saja. Tidak ada SP-SP sama sekali. Kemudian tiba-tiba ada SP I dan SP II dari Satpol PP DIY," terang Alim, Selasa (4/4).

Sedangkan menurut Sugiarto, Direktur LKBH Pandawa, para pegiat kesenian angklung ini merasa diberlakukan tidak adil dengan adanya SP I dan SP II dari Satpol PP DIY. Para pegiat angklung ini, lanjut Sugiarto, diberlakukan tidak adil karena mereka dilarang untuk beroperasi. Padahal mereka merupakan pegiat seni dan yang dilakukan merupakan upaya mengembangkan kesenian angklung di Yogyakarta.

"Selain itu, para pegiat seni angklung ini distigmakan sebagai gelandangan dan pengemis. Padahal mereka punya identitas yang jelas dan punya kemampuan seni yang mumpuni," tutur Sugiarto.

Sugiarto memaparkan SP yang diberikan oleh Satpol PP, perda yang digunakan adalah Perda DIY nomor 5 tahun 2004 tentang penyelenggaraan lalu lintas pasal 17 dan pasal 26. Selain itu digunakan juga Perda DIY no 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis.

"Satpol PP mendasarkan pada Perda lalu lintas dalam SP nya. Satpol PP berdalih mengganggu trotoar. Padahal para pemain angklung ini tidak memakai trotoar sepenuhnya. Mereka hanya sementara saja memakainya. Mereka juga tidak membuat atau mendirikan tenda di trotoar. Ada perlakuan diskriminatif dipenggunaan Perda ini," jelas Sugiarto.

Sedangkan untuk penggunaan Perda tentang gelandangan dan pengemis, sambung Sugiarto, juga dirasakan tak tepat penggunaannya. Pasalnya para pemain angklung ini mengembangkan kesenian dan menghibur masyarakat dan bukan bagian dari mengemis.

"Berdasarkan SP 2, para pegiat angklung ini diberi waktu 7 hari untuk menghentikan operasinya. Jika masih beroperasi terhitung sejak Jumat 7 Maret mendatang akan dilakukan razia kepada para pegiat angklung di jalan raya. Karena mengacu pada Perda Gelandangan dan Pengemis maka saat dirazia akan ada pidananya. Karena dalam KUHP juga ada pasalnya," jelas Sugiarto.

Sugiarto menambahkan bahwa menanggapi adanya larangan para pemain angklung untuk beroperasi maka pihaknya sudah menyiapkan beberapa langkah. Langkah ini akan ditempuh menggunakan jalur litigasi maupun non litigasi.

"Kita akan adukan ini ke DPRD DIY. Kita ingin agar DPRD bisa menjadi mediator antara pegiat angklung dengan Satpol PP. Terkait adanya kemungkinan malapraktek, kami akan melaporkan kasus ini ke Ombudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan DIY-Jateng," pungkas Sugiarto.

Ubah kebiasaan warga BAB di sungai, Anton bikin kredit jamban

Ubah kebiasaan warga BAB di sungai, Anton bikin kredit jamban


AGEN KASINO

Persoalan membuang hajat menjadi permasalahan tersendiri di wilayah Kecamatan Wonoasih, Probolinggo, Jawa Timur. Di daerah tersebut, warga masih membuang hajat di sungai. Kebiasaan membuang hajat di sungai ini sudah menjadi tradisi sejak lama. Bahkan di daerah Wonoasih, hampir tak ada rumah warga yang memiliki jamban.

Kebiasaan membuang hajat di sungai ini membuat hati Sulistyo Trianto Putro tergerak untuk melakukan perubahan. Anton, begitu biasanya dia dipanggil, adalah seorang tenaga kesehatan yang ditempatkan di Puskesmas Wonoasih, Probolinggo. Anton bekerja sebagai seorang sanitarian di puskesmas tersebut.

"Persoalan kebiasaan membuang hajat di sungai yang dilakukan oleh warga Wonoasih ini sangatlah memprihatinkan. Akibat dari kebiasaan itu, angka diare yang diderita oleh warga dan akhirnya pergi ke Puskesmas untuk berubah sangat tinggi. Selain itu lingkungan sungai pun mengalami pencemaran. Padahal daerah Wonoasih itu termasuk wilayah hulu sungai. Lha warga yang ada di hilir sungai itu sebagian masih ada yang menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci baju dan mencuci alat rumah tangga. Bisa dibayangkan bagaimana dampak jika masyarakat masih buang hajat di sungai," ujar Anton saat menjadi pembicara diskusi tentang air bersih dan sanitasi masyarakat di Wonosobo beberapa waktu lalu.

Untuk mengubah kebiasaan warga dari yang biasanya membuang hajat di sungai menjadi membuang hajat di jamban, lanjut Anton, bukanlah hal yang mudah. Selain sudah menjadi kebiasaan, warga pun sebagian mengaku tidak punya uang untuk membuat jamban di rumahnya.

Untuk mengubah kebiasaan ini, Anton mengaku harus melakukan berulang kali penyuluhan. Bahkan, Anton harus bekerja sama dengan tokoh masyarakat di Wonoasih agar masyarakat mau mengubah dari yang biasanya buang hajat di sungai menjadi buang hajat di jamban.

"Ya berulang kali saya lakukan penyuluhan ke warga baru mereka pelan-pelan mau mengubah kebiasaannya. Saya buat mereka malu dulu tentang kebiasaan buang hajat di sungai. Pertama saya contohkan apabila warga punya gawe atau hajat mantu kemudian ada keluarga besan yang datang lalu kebelet buang hajat. Saya bilang ke warga bahwa apa gak malu jika keluarga besan tahu bahwa warga Wonoasih masih buang hajatnya di sungai?" terang Anton.

Anton menambahkan selain itu dirinya dalam setiap penyuluhan selalu memberikan contoh-contoh langsung ke masyarakat agar mereka mau berubah. Anton mencontohkan bahwa saat penyuluhan dirinya selalu membawa bekatul. Kemudian bekatul itu digunakannya untuk mencontohkan bentuk kotoran manusia.

"Bekatul kan warnanya sama kayak kotoran manusia. Warga saya kasih bekatul kemudian saya suruh jongkok seperti kalau pas buang hajat. Nah, bekatul itu kemudian saya suruh warga membentuknya seperti kotoran saat mereka buang hajat. Ada yang membuatnya besar adapula yang hanya kecil. Semua disesuaikan dengan biasanya mereka buang hajat seberapa banyak. Kemudian bekatul itu saya suruh ke warga untuk memasukkan sedikit ke air gelas kemasan kemudian diaduk. Saya tantang mereka apakah ada yang berani meminumnya. Ternyata ada beberapa warga yang berani meminumnya. Kemudian saya coba tantangan berikutnya yaitu bekatul coba dimasukkan ke dalam ember air yang biasa untuk menimba. Sebelumnya ember itu sudah saya isi air dan saya kasih kotoran manusia beneran. Begitu warga ada yang mencoba ternyata mereka tidak tahan dengan baunya. Kemudian saya kasih tahu bahwa kondisi sungai yang biasa digunakan warga buang hajat itu sama dengan air yang ada di ember, warga baru kemudian merasa jijik," papar Anton.

Anton menuturkan bahwa usai melakukan penyuluhan secara berkeliling, warga pun kemudian punya keinginan untuk mengganti kebiasaannya membuang hajat di sungai menjadi membuang hajat di jamban. Tetapi masalah baru kemudian muncul. Warga yang ingin mengubah kebiasaannya itu terkendala masalah uang untuk membuat jamban.

"Akhirnya saya pun berpikir. Kemudian saya coba membuat arisan jamban. Idenya ya karena warga saat itu sedang ramai-ramainya ikut arisan. Warga pun kemudian setuju. Akhirnya arisan jamban pun kemudian dibuat. Sekali pasok arisan sebesar Rp 25 ribu setiap minggunya. Tetapi akhirnya warga mengeluh. Karena kalau menggunakan sistem arisan lama. Mereka tidak langsung bisa punya jamban di rumahnya," urai Anton.

Anton menerangkan bahwa kemudian dirinya kembali berpikir bersama warga. Akhirnya tercetus ide untuk membuat kredit jamban. Kredit jamban ini mekanismenya apabila ada warga yang mau membuat jamban maka akan ditalangi dulu oleh Anton. Baru kemudian mereka mencicil kepada Anton.

"Untuk modal awal saya harus pinjam ke bank dulu. Modal atas nama saya dan jaminannya adalah barang milik saya. Dari modal pinjaman itu kemudian saya gunakan untuk melakukan program kredit jamban. Sekali membuat jamban biayanya Rp 1 juta. Kemudian warga bisa mencicilnya secara mingguan ataupun bulanan. Jika mingguan, cicilan seminggunya sebesar Rp 25 ribu. Sedangkan kalau bulanan, cicilannya Rp 100 ribu. Dengan sistem ini, warga bisa segera punya jamban di rumahnya masing-masing. Untuk sistem cicilannya saya yang menagih dan ada buku pembayarannya," ungkap Anton.

Sistem kredit jamban ini lalu dinamai oleh Anton dengan nama Sistem Inovasi Layanan Angsuran Jamban (Si Inol Aja). Dengan menggunakan model Si Inol Aja, saat ini hampir seluruh warga di Wonoasih saat ini sudah memiliki jamban di rumahnya dan meninggalkan kebiasaan buang hajat di sungai. Total pengguna layanan Si Inol Aja ada sekitar 4.000 kepala keluarga (KK) di Kecamatan Wonoasih, Probolinggo. Inovasi layanan publik Si Inol Aja bahkan dinobatkan sebagai inovasi layanan publik terbaik di Kotamadya Probolinggo di tahun 2016.

Kapolda Jatim dan Bupati Anas beri motivasi santri Ponpes Darussalam

Kapolda Jatim dan Bupati Anas beri motivasi santri Ponpes Darussalam


AGEN KASINO

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut, ratusan santri mendapat motivasi untuk meraih cita-citanya.

Kepada para santri, Anas bercerita bahwa dirinya juga pernah menjadi santri di pondok pesantren hingga bisa membawa Banyuwangi dikenal di sektor pariwisata.

"Sekarang di Banyuwangi sudah dibuat pantai syariah, jadi para kyai dan santri sudah bisa main ke pantai syariah. Ada pantai yang halal. Saya juga pernah nyantri, seperti santri yang kami banggakan," ujar Anas kepada ratusan santri, Selasa (4/4).

Saat masih pelajar, Anas pernah menjadi seorang santri di Pondok Pesantren An-Shidiqi Jember, kemudian Pesantren Darunnajah Banyuwangi, Pesantren Bustanul Makmur Genteng dan Pesantren An-Anuqoyah Sumenep Madura.

Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin dalam sambutannya juga memberi semangat kepada para santri agar optimis dalam meraih cita-cita.

"Ini pesantren yang berkualitas dan bagus. Kalian punya kesempatan jadi pemimpin seperti bupati, juga gubernur dan pemerintah tingkat nasional, itu yang saya harapkan. Ini bisa jadi inspirasi, Bupati Anas juga pernah nyantri seperti adik-adik ini," ujar Machfud.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga mengimbau kepada para santri agar selalu waspada dan jangan sampai terjerumus mengkonsumsi narkoba. "Karena narkoba bisa menghancurkan negeri ini. Dengan cara-cara pembodohan agar tidak maju. Baik dari luar maupun dari dalam sendiri. Maka jauhi hal-hal yang dilarang sesuai agama," ujarnya.

Rifki (14) salah satu santri Pondok Pesantren Darussalam Blokagung mengatakan, dari kunjungan Kapolda dan Bupati ini, dia bisa mendapatkan gambaran tentang kondisi Banyuwangi dan ancaman yang membahayakan generasi muda.

"Dari sini paling tidak tahu kondisi di luar, masalah polisi bisa tahu kerjanya gimana. Karena sebagai santri di pondok saya hanya fokus ngaji. Kami juga ingin tahu bagaimana dukungannya terhadap santri," ujar santri yang sudah mondok selama lima tahun ini.

Gagal rampas liontin 10,5 gram, jambret tewas diamuk massa

Gagal rampas liontin 10,5 gram, jambret tewas diamuk massa


AGEN KASINO

Seorang pelaku penjambretan di Malang, Jawa Timur, akhirnya tewas setelah gagal diselamatkan oleh tim dokter rumah sakit setempat. Pelaku mengalami luka sangat parah akibat amuk massa di sekitar TKP, Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Massa geram melihat dua orang warga mengalami luka-luka setelah diserang senjata tajam oleh pelaku. Warga berinisial PJ (47) dan AK (19) mengalami luka bacok di tangan, kaki dan kepala saat berusaha menyelamatkan korban.

"Pelaku menyabetkan celurit pada dua orang saksi. Akibatnya keduanya mengalami luka-luka," kata AKP Sri Widyaningsih, Kapolsek Sumber Pucung, Kabupaten Malang, Selasa (4/4).

Pelaku yang berjumlah 2 orang berboncengan mendatangi korbannya, S (63). Satu pelaku, yang duduk di boncengan turun dan merampas kalung liontin 10,5 gram yang dikenakan korban.

Kejadian tersebut diketahui oleh saksi PJ dan AK yang langsung mengejar pelaku sambil teriak meminta pertolongan. Pelaku sempat melakukan perlawanan dengan cara membacok ke arah saksi hingga mengakibatkan luka sabetan.

Warga pun berdatangan ke lokasi dan langsung berusaha menangkap pelaku beramai-ramai. Salah satu pelaku kabur membawa sepeda motornya menuju arah barat. Sementara satu orang menjadi sasaran aksi massa hingga luka berat.

Petugas patroli Polsek Sumberpucung mendatangi TKP dan berusaha mengamankan pelaku dari amuk massa. Tetapi warga semakin banyak berdatangan hingga petugas kewalahan mengamankan pelaku hingga mengalami luka berat. Pelaku meninggal dunia saat dirawat di IGD RS Kanjuruhan.

Petugas juga memberikan perawatan pada korban ke RS Wava Husada akibat luka bacok parah.

Ahok Kunjungi Warga Sakit, Anies : Saya Takut Dia Memberi Racun Kepada Warga

Ahok Kunjungi Warga Sakit, Anies : Saya Takut Dia Memberi Racun Kepada Warga


AGEN KASINO

Pilgub DKI memasuki putaran kedua, tak seperti putaran pertama yang riuh pada putaran kedua ini kedua Cagub dan Cawagub melakukan kampanye senyap. Masing-masing calon melakukan kampaye yang tak banyak di liput media.

Dari pihak Cagub Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lebih memilih mendatangi orang-orang sakit, lansia dan orang orang yang butuh bantuan dalam bidang kesehatan, Ahok berdalih bahwa ia ingin masyarakat Jakarta sehat selalu.

Menanggapi cara kampanye Ahok tersebut Anies menyebutkan bahwa dia curiga Ahok melakukan tindakan curang seperti politik uang bahkan Anies menyebut khawatir kalau masyarakat itu ada yang sakitnya makin parah karena diracuni.

“Saya Khawatir kalau pak Ahok melakukan kecurangan menggunakan politik uang karena dia jarang di liput oleh media, lagi pula kita juga khawatir Ahok memberi racun kepada orang-orang yang sakit, karena kita tau sendiri Ahok itu sangat tidak suka Rakyat Kecil apalagi masyarakat kelas menegah kebawah” Ujar Anies kepada Wartawan Tribunnews

Anies juga menyebutkan bahwa ia merasa ada kecurangan yang di lakukan oleh Ahok dalam putaran kedua ini

” Aroma kecurangannya sangat kental, kita lihat janji – janji Ahok seperti ingin menaikan Haji masyarakat kecil, itu bisa dikategorikan politik uang.” tutup anies

Ahok diketahui beberapa hari ini mengunjungi warga yang sakit di Jakarta. Ahok sebelumnya mengatakan tujuannya mengunjungi warga sakit untuk mengecek apakah program ‘ketuk pintu layani dengan hati’ yang dibuat olehnya berjalan dengan baik.

“Kita kan lagi cek ‘ketuk pintu layani dengan hati’ itu efektif atau tidak. Nah kita mau tahu,” kata Ahok saat ditemui di Jalan Talang, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/3/2017).