RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Sabtu, 10 Maret 2018

Berbekal filosofi badik, Nurdin Halid ingin perangi kesenjangan di Gowa

Berbekal filosofi badik, Nurdin Halid ingin perangi kesenjangan di Gowa


AGEN CASINO ONLINE

Pengukuhan tim pemenangan Laskar Toddopuli memiliki makna penting bagi Calon Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Halid (NH). Terselip cerita menarik di balik pemberian cinderamata berupa badik pusaka kepada Nurdin di kediaman Menteri Khusus Angkatan Perang Kerajaan Gowa, Andi Massaule Ago, Kabupaten Gowa, Jumat (9/3) lalu.

Badik pemberian Laskar Toddopuli bukanlah sebatas senjata yang dimaknai secara fisik. Lebih dari itu, badik memiliki filosofi mendalam perihal kejantanan dan keberanian.

Dalam budaya Bugis- Makassar, termasuk bagi masyarakat Gowa, sambung dia, badik adalah simbol perlawanan. Perang terhadap segala macam problematika di Kabupaten Gowa.

"Saya berterimakasih atas pemberian badik ini. Saya tahu bagi orang Gowa, ini adalah lambang kejantanan juga sekaligus simbol perlawanan. Insya Allah, dengan pusaka ini, saya tidak akan mempermalukan orang Gowa. Bersama-sama, kita perangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan dan intimidasi," ucap Nurdin.

Pemberian badik pusaka kepada Nurdin dilakukan sebelum pengukuhan Laskar Toddopuli. Penyerahan badik itu disaksikan langsung oleh pemangku adat Salokoa ri Gowa, Andi Baso Mahmud dan Andi Bau Parenrengi serta perangkat Kerajaan Gowa lainnya. Juga hadir pelaksana tugas Ketua DPD II Golkar Gowa, Hoist Bachtiar.

Dalam adat Kerajaan Gowa, badik pusaka tersebut tidak sembarangan diberikan. Badik itu memiliki makna spesial sebagai penanda komitmen bersama memperjuangkan Nurdin menjadi pemimpin. Kerajaan Gowa menaruh harapan agar pemimpin Sulsel mendatang merupakan sosok peduli dengan adat istiadat, budaya dan kearifan lokal.

"Filosofi badik ini menandakan di depan harus tajam dan runcing untuk membuka jalan demi kesejahteraan rakyat. Manakala di tengah, punya keharusan untuk melindungi dan mengayomi. Manakala di belakang, sebagai gagang, pegangan, sekaligus pendorong untuk kemajuan rakyatnya. Simbol itu kepada Nurdin Halid untuk kepemimpinan di Sulsel," tutur Daeng Tutu, pemain sinrilik saat mengiringi proses penyerahan cenderamata dari Andi Ago ke Nurdin.

0 komentar:

Posting Komentar