RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Senin, 21 Mei 2018

Kenangan Puan jelang reformasi, jadi juru masak hingga kesulitan nikah di gedung

Kenangan Puan jelang reformasi, jadi juru masak hingga kesulitan nikah di gedung


AGEN CASINO ONLINE

Menko PMK Puan Maharani memiliki kenangan menjelang reformasi. Salah satu yang dia ingat yaitu, menjadi juru masak bagi orang-orang yang berkumpul di Kebagusan, Jakarta Selatan.

Ini merupakan salah satu kediaman Megawati Soekarnoputri ibunda Puan. Saat itu rumah yang lokasinya tidak jauh dari Ragunan itu kerao digunakan untuk berkumpul bersama para aktivis lainnya.

"Waktu-waktu jelang reformasi, saya harus menjadi orang yang mengurusi dapur umum, karena banyak datang di rumah ibu saya di Kebagusan," ungkap Puan di Sarasehan Nasional Keluarga Bangsa ICMI dengan tema Refleksi 20 Tahun Reformasi, di Hotel Grand Sahid, Indonesia, Jakarta, Senin (21/5).

Dia pun memberi nama unik terhadap menu yang dihidangkannya untuk orang-orang yang hadir kala itu.

"Saya panggil ibu-ibu untuk membantu, menyiapkan menu perjuangan reformasi. Satu ikan, tempe tahu, dengan sup, air atau sayurnya banyak. Karena saya rasa sediakan beberapa pun tak cukup," cerita Puan.

Bukan hanya itu saja, satu bulan sebelum reformasi, dia akan melangsungkan pernikahan dengan Hapsoro Sukmonohadi. Mantan anggota DPR ini ternyata kesulitan memesan gedung.

"Beberapa kali kami mem-booking gedung untuk acara saya itu dibatalin karena orang gedungnya tak terima. Karena disampaikan, apa betul Ibu Mega mau menikahkan putrinya dengan situasi seperti ini? Berapa orang yang akan datang? Jadi mohon maaf tidak melakukan pernikahan di sini. Saya nangis dong, orang mau nikah enggak boleh," ungkap Puan.

Akhirnya, dia merayakan pernikahan di Kebagusan. Tak ada pejabat yang datang. "Yang datang itu rakyat. Bahkan uang ampau saya itu saya buka, uang seratusan (100 rupiah) digulungi. Seratus perak, seribu perak. Tapi itulah perjuangan bersama-sama, bergotong royong. Jadi ada nuasa kebersamaan," pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar