RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Sabtu, 07 Juli 2018

AS-China perang dagang, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi hanya capai 3,1 persen

AS-China perang dagang, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi hanya capai 3,1 persen


AGEN CASINO ONLINE

Pakar Inovasi Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Fithra Faishal Hastadi menilai dampak perang dagang yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan China berisiko pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Di tingkat global, perang dagang ini pun dapat memicu pelemahan ekonomi dunia.

"Ya dampaknya terhadap perekonomian dunia akan sangat negatif. Tidak hanya berdampak pada China dan Amerika dan Indonesia saja, melainkan seluruh dunia," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (7/7).

Fithra mengatakan, perang dagang dari kedua negara tersebut setidaknya bisa mengakibatkan merosotnya pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,8 persen dari target International Monetary Fund (IMF) sebesar 3,9 persen.

"Kemungkinan besar dengan adanya proses perang dagang ini akan ada retaliasi dan lain lain, artinya maksimal pertumbuhannya hanya bisa sampai 3,1 persen," ujarnya.

Meski demikian, dia mengatakan imbas dari perang dagang sendiri terhadap Indonesia tidak begitu besar. Walaupun ada, kata dia, hanya mengkontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,1 persen saja. "Untuk indonesia sendiri sebenarnya karena kita konstribusi perdagangan internasional itu enggak terlalu besar mungkin tidak ada efek langsung," Imbuhnya.

Meski tidak berimbas langsung terhadap pertumbuhan Indonesia, namun dirinya mengaku khawatir apabila hal tersebut berlangsung secara terus menerus dilakukan oleh kedua negara tersebut. Untuk itu, dia menyarankan pemerintah agar mencari patner perdagangan dengan negara lain.

"Tetapi yang kita takutkan justru dampak jangka panjangnya karena biar bagaimanapun China dan Amerika adalah patner dagang terbesar kita dan koneksinya cukup kuat makanya ke depan seharusnya indonesia sudah mencari portofolio lebih banyak artinya mencari patner dagang non tradisional."

0 komentar:

Posting Komentar