RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Selasa, 04 April 2017

Ubah kebiasaan warga BAB di sungai, Anton bikin kredit jamban

Ubah kebiasaan warga BAB di sungai, Anton bikin kredit jamban


AGEN KASINO

Persoalan membuang hajat menjadi permasalahan tersendiri di wilayah Kecamatan Wonoasih, Probolinggo, Jawa Timur. Di daerah tersebut, warga masih membuang hajat di sungai. Kebiasaan membuang hajat di sungai ini sudah menjadi tradisi sejak lama. Bahkan di daerah Wonoasih, hampir tak ada rumah warga yang memiliki jamban.

Kebiasaan membuang hajat di sungai ini membuat hati Sulistyo Trianto Putro tergerak untuk melakukan perubahan. Anton, begitu biasanya dia dipanggil, adalah seorang tenaga kesehatan yang ditempatkan di Puskesmas Wonoasih, Probolinggo. Anton bekerja sebagai seorang sanitarian di puskesmas tersebut.

"Persoalan kebiasaan membuang hajat di sungai yang dilakukan oleh warga Wonoasih ini sangatlah memprihatinkan. Akibat dari kebiasaan itu, angka diare yang diderita oleh warga dan akhirnya pergi ke Puskesmas untuk berubah sangat tinggi. Selain itu lingkungan sungai pun mengalami pencemaran. Padahal daerah Wonoasih itu termasuk wilayah hulu sungai. Lha warga yang ada di hilir sungai itu sebagian masih ada yang menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci baju dan mencuci alat rumah tangga. Bisa dibayangkan bagaimana dampak jika masyarakat masih buang hajat di sungai," ujar Anton saat menjadi pembicara diskusi tentang air bersih dan sanitasi masyarakat di Wonosobo beberapa waktu lalu.

Untuk mengubah kebiasaan warga dari yang biasanya membuang hajat di sungai menjadi membuang hajat di jamban, lanjut Anton, bukanlah hal yang mudah. Selain sudah menjadi kebiasaan, warga pun sebagian mengaku tidak punya uang untuk membuat jamban di rumahnya.

Untuk mengubah kebiasaan ini, Anton mengaku harus melakukan berulang kali penyuluhan. Bahkan, Anton harus bekerja sama dengan tokoh masyarakat di Wonoasih agar masyarakat mau mengubah dari yang biasanya buang hajat di sungai menjadi buang hajat di jamban.

"Ya berulang kali saya lakukan penyuluhan ke warga baru mereka pelan-pelan mau mengubah kebiasaannya. Saya buat mereka malu dulu tentang kebiasaan buang hajat di sungai. Pertama saya contohkan apabila warga punya gawe atau hajat mantu kemudian ada keluarga besan yang datang lalu kebelet buang hajat. Saya bilang ke warga bahwa apa gak malu jika keluarga besan tahu bahwa warga Wonoasih masih buang hajatnya di sungai?" terang Anton.

Anton menambahkan selain itu dirinya dalam setiap penyuluhan selalu memberikan contoh-contoh langsung ke masyarakat agar mereka mau berubah. Anton mencontohkan bahwa saat penyuluhan dirinya selalu membawa bekatul. Kemudian bekatul itu digunakannya untuk mencontohkan bentuk kotoran manusia.

"Bekatul kan warnanya sama kayak kotoran manusia. Warga saya kasih bekatul kemudian saya suruh jongkok seperti kalau pas buang hajat. Nah, bekatul itu kemudian saya suruh warga membentuknya seperti kotoran saat mereka buang hajat. Ada yang membuatnya besar adapula yang hanya kecil. Semua disesuaikan dengan biasanya mereka buang hajat seberapa banyak. Kemudian bekatul itu saya suruh ke warga untuk memasukkan sedikit ke air gelas kemasan kemudian diaduk. Saya tantang mereka apakah ada yang berani meminumnya. Ternyata ada beberapa warga yang berani meminumnya. Kemudian saya coba tantangan berikutnya yaitu bekatul coba dimasukkan ke dalam ember air yang biasa untuk menimba. Sebelumnya ember itu sudah saya isi air dan saya kasih kotoran manusia beneran. Begitu warga ada yang mencoba ternyata mereka tidak tahan dengan baunya. Kemudian saya kasih tahu bahwa kondisi sungai yang biasa digunakan warga buang hajat itu sama dengan air yang ada di ember, warga baru kemudian merasa jijik," papar Anton.

Anton menuturkan bahwa usai melakukan penyuluhan secara berkeliling, warga pun kemudian punya keinginan untuk mengganti kebiasaannya membuang hajat di sungai menjadi membuang hajat di jamban. Tetapi masalah baru kemudian muncul. Warga yang ingin mengubah kebiasaannya itu terkendala masalah uang untuk membuat jamban.

"Akhirnya saya pun berpikir. Kemudian saya coba membuat arisan jamban. Idenya ya karena warga saat itu sedang ramai-ramainya ikut arisan. Warga pun kemudian setuju. Akhirnya arisan jamban pun kemudian dibuat. Sekali pasok arisan sebesar Rp 25 ribu setiap minggunya. Tetapi akhirnya warga mengeluh. Karena kalau menggunakan sistem arisan lama. Mereka tidak langsung bisa punya jamban di rumahnya," urai Anton.

Anton menerangkan bahwa kemudian dirinya kembali berpikir bersama warga. Akhirnya tercetus ide untuk membuat kredit jamban. Kredit jamban ini mekanismenya apabila ada warga yang mau membuat jamban maka akan ditalangi dulu oleh Anton. Baru kemudian mereka mencicil kepada Anton.

"Untuk modal awal saya harus pinjam ke bank dulu. Modal atas nama saya dan jaminannya adalah barang milik saya. Dari modal pinjaman itu kemudian saya gunakan untuk melakukan program kredit jamban. Sekali membuat jamban biayanya Rp 1 juta. Kemudian warga bisa mencicilnya secara mingguan ataupun bulanan. Jika mingguan, cicilan seminggunya sebesar Rp 25 ribu. Sedangkan kalau bulanan, cicilannya Rp 100 ribu. Dengan sistem ini, warga bisa segera punya jamban di rumahnya masing-masing. Untuk sistem cicilannya saya yang menagih dan ada buku pembayarannya," ungkap Anton.

Sistem kredit jamban ini lalu dinamai oleh Anton dengan nama Sistem Inovasi Layanan Angsuran Jamban (Si Inol Aja). Dengan menggunakan model Si Inol Aja, saat ini hampir seluruh warga di Wonoasih saat ini sudah memiliki jamban di rumahnya dan meninggalkan kebiasaan buang hajat di sungai. Total pengguna layanan Si Inol Aja ada sekitar 4.000 kepala keluarga (KK) di Kecamatan Wonoasih, Probolinggo. Inovasi layanan publik Si Inol Aja bahkan dinobatkan sebagai inovasi layanan publik terbaik di Kotamadya Probolinggo di tahun 2016.

0 komentar:

Posting Komentar