RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Kamis, 06 Juli 2017

Mensos Khofifah: Kebayang nggak? Wong salat di masjid disebut kafir

Mensos Khofifah: Kebayang nggak? Wong salat di masjid disebut kafir


AGEN KASINO

Sambil berteriak 'thoghut', seorang tak dikenal mengeluarkan sebilah sangkur dan menikam dua anggota polisi usai Salat Isya di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan pada 30 Juni lalu. Lalu siapa yang bertanggung jawab atas kejadian semacam ini?

Saat menghadiri acara di Yayasan Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) Hidayatus Salam, Lowayu, Dukun, Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/7), Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengatakan, masalah ini PR (pekerjaan rumah) semua tokoh agama, para orang tua, guru dan TNI/Polri.

"Kemarin, ketika hari Senin (3/7) masuk kantor hari pertama, saya ke Rumah Sakit Polri Keramat Jati. Saya temui dua anggota polisi yang tanggal 30 (Juni) lalu, selesai Salat Isya, tiba-tiba ada orang membawa sangkur sambil berteriak: kamu thoghut, kamu kafir kenapa salat di masjid?" kata Khofifah.

Dua anggota Polri itu masih dalam keadaan duduk berzikir. Bahkan menegadahkan tangan berdoa. "Kebayang nggak? Lah wong iniloh salat di masjid disebut kafir, disebut thoghut. Lah yang tidak salat bagaimana? Ini PR kita hari ini."

Jadi, lanjut Khofifah, PR kita bukan hanya melahirkan profesional-profesional di bidang ekonomi, di bidang Iptek, dan di bidang pertambangan. Tapi ini juga PR kita.

"Nah, kalau kita masuk pada fungsi pendidikan kita. Menyiapkan anak-anak dengan IP yang tinggi, itu wajib menurut saya. Karena memang daya saing dan kompetisi yang harus kita lakukan," tegas menteri yang juga Ketum Muslimat NU ini.

Namun, menurut Khofifah, bangsa Indonesia masih lebih membutuhkan peran para kiai NU. "Bagaimana posisi tafakkuffiddin ini kita mendapatkan guru yang benar. Kalau kita bergurunya ke gadget, orang bikin bom ituloh belajarnya cuma dari handphone, dari internet, dari laptop," ucapnya.

Tak hanya mendapat ilmu membuat bom. "Dari internet, orang bisa mengetahui berbagai jejaring dan dia bisa membaca orang yang mengajak untuk membunuh, mengajak orang yang anti kepada negaranya, dan untuk Indonesia yang mengajak orang yang anti-Pancasila. Itu mereka bisa membaca di mana saja," tandasnya.

"Maka hari ini PR kita. Pimpinan-pimpinan NU, pimpinan-pimpinan Ma'arif, pimpinan-pimpinan Muslimat, tidak cukup dengan hanya menyiapkan IP yang tinggi di sekolah-sekolah. Tapi bekali anak-anak ini hubbul wathon minal iman," sambung Khofifah.

Lantas bagaimana membangun ukhuwah wathaniyah? "Karena basis ukhuwah Islamiyah di NU, rasanya sudah kuat. Ukhuwah insaniyah di NU juga sudah sangat kuat. Bagaimana sekarang di NU mendesiminasikan ukhuwah wathaniyah. Ini PR kita," kembali Khofifah menegaskan.

Ada problem yang saat ini tengah terjadi. Ketika suasana aman dan tenang mulai ada yang mengganggu, kata Khofifah, siapa sebetulnya yang harus bertanggung jawab untuk membangun kedamaian, ketengan, dan kenyamanan kita semua?

"Ada TNI, ada Polri, ada Banser. Tapi harus kita bangun semua. Panjenengan (Anda) para ibu Muslimat, harus punya kemampuan mendeteksi: anak saya kalau pegang handphone ini berkomunikasi dengan siapa? Kalau keluar, dia rapat dengan siapa? Persoalan persoalan ini dulu sederhana. Tapi sekarang harus diwaspadai," tutup Khofifah.

0 komentar:

Posting Komentar