RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Selasa, 18 Juli 2017

Ditemukan dalam becak, Agus meninggal usai dirawat di rumah sakit

Ditemukan dalam becak, Agus meninggal usai dirawat di rumah sakit


AGEN KASINO

Nasib miris dialami Muh Agus Hariyono, warga Putro Agung III/38, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur, ini. Agus diketahui sebagai anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya.

Berdasarkan KTA-nya, kakek 51 tahun ini tercatat sejak 2005 menjadi anggota partai Kepala Banteng Moncong Putih.

Menurut Ketua RT III/RW III Putro Agung, Supriyadi (47), Agus meninggal di Rumah Sakit Suwandi Surabaya. Namun, sebelum meninggal, dia ditemukan dua dokter sedang tidur dalam kondisi sakit di atas becaknya.

"Waktu kejadian sore ada dua orang dokter, semuanya perempuan lewat dan membangunkan Pak Agus. Tapi enggak bangun-bangun. Lalu mereka membawanya ke Rumah Sakit Suwandi," kata Supriyadi saat ditemui merdeka.com di rumahnya, Selasa (18/7) sore.

Saat itu, salah satu warga sekitar bernama Aris, diminta bantuan kedua dokter untuk membantu membawa Agus ke rumah sakit. "Kemudian saya pulang kerja, diberitahu Yoyok, warga saya juga, soal peristiwanya," sambungnya.

Mendapat informasi tersebut, ketua RT yang sudah enam tahun mengontrak di rumah Agus itu datang ke rumah sakit menengoknya. "Waktu itu belum meninggal. Mungkin satu jam kemudian itu meninggalnya. Saya diminta menunggu dua jam, untuk didata identitasnya," ungkap bapak dua anak ini.

Karena menolak menunggu lama, berdasarkan kesepakatan warga, Supriyadi pun membawa jenazah Agus menggunakan ambulans Masjid Solihin, Tambak Segeran.

"Karena tidak ada identitas maupun keluarganya. Saya ajak saksi, untuk mengambil dompet di sakunya, untuk mencari identitasnya. Yang ada di dompetnya cuma KTA PDIP Tahun 2005-2010, kartu BPJS dan KTP nya saja," ungkap Supriyadi.

Setelah menyerahkan identitas itu, jenazah Agus baru boleh dibawa pulang tanpa menunggu pihak kepolisian. "Setelah Isya baru boleh dibawa pulang oleh pihak rumah sakit. Polisi sendiri, laporannya memang telat. Jadi polisi datang saat jenazahnya sudah kami bawa."

Karena meninggalnya itu, dikarenakan sakit, masih kata Supriyadi, jenazah Agus pun disemayamkan tanpa harus menunggu autopsi polisi. Agus disemayamkan di balai RW III dan dimakamkan di Makam Umum Rangkah Gg V.

"Sempat diminta untuk diautopsi sebelum jenazah Agus disucikan warga. Saya persilakan dibawa kembali ke rumah sakit, tapi karena memang meninggal bukan akibat tindak kriminal, akhirnya tidak jadi autopsi."

Yang disesalkan Supriyadi maupun warga sekitar, tak ada satupun keluarga yang mau menerima jenazah Agus. "Jadi terpaksa saya semayamkam di balai RW atas persetujuan warga. Bapak tirinya, Pak Darto sudah dikasih tahu warga, tapi bilang enggak mau kerepotan. Warga banyak yang menghujat, tapi tetap saja enggak mau nerima," tuturnya lagi.

Jadi, kata Supriyadi, ibu kandung Agus menikah tiga kali. Agus adalah anak pertama dengan suami pertama. Kemudian menikah lagi dan punya satu anak bernama Loti yang tinggal di Malang.

"Dengan suami ketiganya, Pak Darto tidak punya anak. Pak Darto yang tinggal di sini, di sebelah rumah yang saya kontrak. Kalau yang saya tempati ini, dulunya kamar Agus," jelas pria yang bekerja di bengkel las ini.

Setelah ibu Agus meninggal, masih cerita Supriyadi, Agus keluar dari rumah dan tinggal dengan istrinya di daerah Setro. "Tapi nggak tahu ya, entah cerai atau pisah ranjang, Agus keluar dari rumah istrinya dan memilih tidur di atas becaknya sekitar lebih dari satu tahun lalu. Dia ndak punya anak. Pakainnya juga ditaruh di becaknya," tandas Supriyadi.

0 komentar:

Posting Komentar