RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Jumat, 22 Maret 2019

Duka Ayah Pilot Pesawat Ethiopian Airlines

Duka Ayah Pilot Pesawat Ethiopian Airlines


AGEN CASINO ONLINE

Mimpi dua pria muda membumbung tinggi, setinggi pesawat Ethiopian Airlines yang mereka terbangkan. Pria tampan Yared Getachew sedianya akan menikahi rekan sesama pilot tahun ini. Sementara pria ulet, Ahmednur Mohammed berhasil menyewa apartemen dengan gaji pertamanya sejak Februari.

Namun malang, hidup mereka bersama dengan 155 orang lainnya berakhir saat pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan 302 jatuh sesaat setelah lepas landas pada Minggu (10/3) dari Bandara Internasional Bole, Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya.

Yared (29) bertugas sebagai pilot dan Ahmednur (25) adalah kopilot dalam pesawat nahas itu.

Yared dulunya adalah pelajar populer dan cerdas, yang kemudian menjadi pilot termuda pada usia 27 tahun. Demikian cerita ayahnya, Getachew Tessema, pensiunan dokter gigi dan bedah plastik.

Tessema bercerita kepada Reuters usai sebuah upacara di Kedutaan Besar Kenya di Addis Ababa untuk menghormati 32 warga Kenya yang menjadi korban kecelakaan pesawat. Ibu Yared adalah orang Kenya, menjadikannya warga negara dari dua negara.

"Saya sangat terpukul," kata Tessema (80), duduk membungkuk dengan kepala di tangannya saat dia membayangkan rencana pernikahan Yared yang gagal.

"Setidaknya kalau saja dia punya anak," ujarnya sedih dilansir dari Reuters, Kamis (21/3).

Saudara laki-laki Yared, Meno Getachew Tessema (39) duduk di sebelah ayahnya, sembari merangkulnya saat upacara berlangsung. Yared mengunjungi keluarga Meno di Toronto ketika pilot muda itu mengikuti simulasi penerbangan di Miami dua kali dalam dua tahun terakhir.

Pada saat kecelakaan itu, Yared telah mengumpulkan 8.100 jam pengalaman terbang. Ini dinilai luar bisa jika dilihat dari usianya tetapi tidak mengejutkan bagi keluarga. Mereka mengenang Yared sebagai siswa yang berkomitmen dan berprestasi di sekolah.

Yared melanjutkan pendidikan ke Akademi Penerbangan Ethiopian Airlines. "Mimpinya adalah menjadi pilot," kata Meno, seorang pengacara. "Dia rajin, pekerja keras, dia memiliki etos kerja yang konsisten, dia adalah bintang baru dari Ethiopian Airlines," lanjutnya.

Dari Arsitek ke Pilot

Kopilot yang duduk di sebelah Yared di kokpit pada 10 Maret adalah Ahmednur Mohammed. Profesionalisme keduanya dipuji, namun para ahli keselamatan udara menduga kemungkinan keduanya tidak cukup berpengalaman dalam sistem anti-stall otomatis baru dalam seri Boeing 737 MAX.

Putra kedua dari seorang pengusaha kecil ini dikenang teman-temannya di Kota Dire Dawa di wilayah timur yang sepi sebagai orang yang memiliki keinginan besar untuk belajar, ketika kawan-kawannya yang lain menghabiskan sore hari bersantai di tempat teduh, mengunyah qat, daun yang digolongkan ke dalam jenis narkotika.

Ahmednur menghabiskan lima tahun di universitas belajar arsitektur. Saat menjadi mahasiswa, dia menghasilkan uang dari keahliannya dalam desain interior. Namun kemudian dia khawatir dengan bekerja sebagai arsitek, dia tak bisa menghasilkan cukup uang sebagai arsitek untuk membantu keluarganya. Demikian diceritakan ayahnya, Mohammed Omar (60).

Jadi dia beralih ke sekolah penerbangan dan menyelesaikan dua tahun pelatihan. Setelah jam sekolah, ia akan mengunjungi seorang teman yang saudara lelakinya seorang pilot dan duduk di ruang tamu, berlari melalui daftar periksa kokpit dan gerakan di sofa, kata teman itu. Dia lulus dengan lisensi pilot komersial.

"Dia menelepon saya setiap tiga hari. Dia akan berbicara tentang rencananya, dia mengatakan akan membantu keluarganya," kata Omar kepada Reuters setelah menggelar doa bersama untuk Ahmednur di rumah seorang kerabat di pinggiran Addis Ababa. Jumat lalu, masjid-masjid di ibukota dan Dire Dawa menggelar doa untuk Ahmednur.

Setelah istirahat beberapa bulan, Ahmednur mulai bekerja untuk Ethiopian Airlines, terbang ke berbagai negara seperti Israel, Afrika Selatan, Burkina Faso - dan mendapatkan gaji pertamanya.

Ahmednur memiliki 350 jam terbang dan baru saja mulai tinggal sendiri untuk pertama kalinya ketika keluarga mendengar pesawatnya jatuh.

"Kami butuh waktu lama untuk percaya bahwa dia telah tiada," kata sepupunya, Imran Mohammed (30).

"Dia sangat bersemangat untuk tinggal sendiri," sambungnya.

Keluarga berharap maskapai penerbangan atau pemerintah membangun jembatan atau sekolah, atau bentuk lainnya untuk mengenang Ahmednur.

"Kami ingin melihat sesuatu dalam namanya, untuk mengingatnya," kata ayahnya lirih.

0 komentar:

Posting Komentar