RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Jumat, 22 Maret 2019

Harmoni Penduduk Istanbul dengan Kucing

Harmoni Penduduk Istanbul dengan Kucing


AGEN CASINO ONLINE

"Tanpa kucing, Istanbul akan kehilangan sebagian jiwanya," jelas seorang penduduk dalam sebuah film dokumenter berjudul Kedi. Kedi berarti kucing dalam Bahasa Turki. Di Istanbul, kota budaya di Turki, kucing adalah simbol penuh semangat bagi warganya.

Ratusan ribu kucing jalanan, baik liar maupun jinak, hidup di tengah penduduk Istanbul. Hewan-hewan itu merasa nyaman duduk-duduk dengan peminum teh di sebuah kafe yang sedang menghindari macet di jalanan.

Orang Istanbul sering meletakkan mangkuk makanan dan air di trotoar sebagai upaya bersama yang memungkinkan kucing bebas berkeliaran dan mudah mendapatkan makanan. Uang di kotak tip di satu restoran digunakan untuk membayar tagihan dokter hewan jika ada kucing sakit atau terluka; di kampung nelayan, kucing bisa mencicipi ikan teri kecil yang diambil dari Bosporus. Orang-orang sering merasa berkewajiban merawat binatang-binatang yang berkeliaran di sekitar rumah atau tempat kerja mereka.

"Kucing tahu bahwa orang memperhatikannya sebagai perantara kehendak Tuhan," kata seorang warga Istanbul dalam film tersebut. "Mereka tidak berterima kasih mereka hanya tahu itu baik," lanjutnya, dilansir dari The Economist, Kamis (21/3).

Film dokumenter Kedi ditayangkan perdana di Festival Film Independen Istanbul tahun 2016 lalu. Film ini juga pernah ditayangkan di New York pada 2017 dan meluas ke kota-kota lain sesudahnya. Sutradara Kedi, Ceyda Torun, yang tinggal di Istanbul hingga usianya 11 tahun, mengamati kehidupan di kota metropolitan dari perspektif tujuh kucing besar dengan nama-nama seperti Hustler dan Psiko.

Distrik Kadikoy mengabadikan seekor kucing bernama Tombili dengan patung perunggu setelah gencar dikampanyekan secara daring beberapa tahun lalu. Tombili telah menjadi bintang dunia maya setelah sebuah foto menunjukkan kucing gemuk duduk bersandar santai di pinggir jalan. Sebuah masjid di sisi kota yang masuk wilayah Asia juga menjadi berita utama setelah beredar foto-foto kucing di antara para jemaah. Imam yang baik hati, Mustafa Efe, menyambut kucing-kucing itu dengan tangan terbuka.

Bagi Turki, hal ini tidaklah aneh di antara negara-negara mayoritas Muslim karena dalam Islam, kucing salah satu hewan spesial. Dalam hadits, banyak kisah diceritakan bagaimana Nabi Muhammad sangat menyayangi kucing. Nabi Muhammad pernah memotong lengan bajunya saat harus bangkit berdiri untuk salat agar tidak mengganggu seekor kucing yang tidur meringkuk di jubahnya. Dalam kisah lain, kucing peliharaan Abu Hurairah pernah menyelamatkan Nabi Muhammad dari gigitan ular berbisa. Nabi kemudian memberkati kucing itu dengan rasa terima kasih, memberi kucing kesempatan meringkuk di dekat kakinya.

Kucing juga dianggap sebagai penjaga karena mereka menjaga perpustakaan dari tikus penyebab kerusakan dan disebut membantu melindungi populasi kota dari wabah yang ditularkan tikus.

Hubungan cinta Istanbul dengan kucing juga ada sebelum Republik Turki berdiri. Di bawah Kekhalifahan Utsmani, orang saleh merawat kucing melalui yayasan amal setempat, atau vakif; sebaliknya, kucing sering ditakuti dan difitnah di kota-kota Eropa abad pertengahan.

Kartunis Bulent Ustun pencipta Serafettin, kucing kartun menggambarkan dalam Kedi bagaimana lingkungan Cihangir menjadi rumah bagi berbagai jenis kucing ketika kapal-kapal era Utsmani dari seluruh dunia berlabuh. Anatolia juga merupakan rumah bagi kucing Angora dan Van. Kucing Van gemar dengan air, membuatnya sangat cocok tinggal di dekat danau terbesar di Turki. Menurut legenda, sepasang kekasih berada di kapal Bahtera Nuh; ketika kapal mendarat di puncak Gunung Ararat, kucing-kucing itu melompat dan berenang ke pantai.

Walaupun banyak adegan yang mengharukan dalam Kedi, film ini juga mencerminkan kehidupan keras bagi kucing-kucing ini. Salah satu yang diwawancarai mengatakan, populasi penduduk Istanbul sedang bergulat dengan tantangan yang sama dengan yang mengganggu kucing: populasi yang membengkak dan perkembangan kota yang sangat tinggi telah mengubah kota dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun ribuan migran ekonomi dari pedesaan Anatolia, proyek-proyek infrastruktur besar dan perpecahan politik membentuk kembali kota metropolitan, tetap ada kucing yang berkeliaran di kota. Seperti kota di dua benua, kucing ada di antara dunia - dijinakkan dan liar - tetapi muncul dengan karakter mereka sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar