RASAKAN SENSASI BERMAIN DI AGEN POKER DOMINO ONLINE UANG ASLI INDONESIA DENGAN MINIMAL DEPOSIT RP 10.000 & MINIMAL WITHDRAW RP 30.000 BONUS TURN OVER 0.5% BONUS REFFERAL 20% HANYA DI WWW.JAWADOMINO.NET

Sabtu, 15 April 2017

Sindiran keras Sandiaga soal Djarot ditolak Salat Jumat

Sindiran keras Sandiaga soal Djarot ditolak Salat Jumat


AGEN KASINO

Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat diduga kembali mendapat perlakuan tak menyenangkan dari warga saat melakukan kampanye. Kejadian itu dialami Djarot saat Salat Jumat di Masjid Al Atiq, Jalan Masjid 1, Kampung Melayu Besar, Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, kemarin.

Sebagian warga di sekitar wilayah ini tampaknya memberikan penolakan dengan kedatangan Djarot. Hal itu terlihat dengan adanya spanduk bertuliskan 'Tolak Penista Agama di Kampung Melayu Tercinta'.

Namun, kedatangan Djarot tak begitu menimbulkan keributan. Sebagian warga bersalaman dengan Djarot.

Di masjid tempat Djarot menunaikan Salat Jumat, ceramah khatib menyisipkan soal masalah Pilkada DKI putaran kedua. Khatib Jumat mengajak para jemaah yang hadir untuk memilih pemimpin muslim karena dinilai dapat memberikan keberkahan bagi Jakarta.

Seusai salat, keadaan menjadi gaduh. Djarot keluar dari dalam masjid diiringi dengan teriakan takbir dan penolakan. Sebagian jemaah pun terlihat memberikan tanda 'OK OCE' dengan menggunakan tangan mereka.

"Takbir, Allahu Akbar," serta teriakan "usir, usir, usir," teriak sebagian jemaah.

Mendapat penolakan, Djarot menilai aksi sebagian jemaah dan isi ceramah yang disampaikan menunjukkan masjid telah dipolitisasi untuk kepentingan politik.

Djarot mengajak semua umat muslim untuk tidak memunculkan persoalan SARA dalam gelaran Pilgub DKI Jakarta. Sebab, kata dia, Islam pun mengajarkan umatnya untuk menjaga persatuan dan persaudaraan antar umat.

"Islam juga mengajak kita untuk menjamin menjaga hubungan antar manusia, ukhuwah insaniyah. Nah oleh karenanya dalam Pilkada Jakarta ini janganlah sekali lagi lah persoalan SARA dimunculkan. Kami tidak pernah seperti itu," kata Djarot.

Insiden serupa juga dialami Djarot saat hendak menghadiri selawat dan zikir memperingati Supersemar di Masjid At-Tin TMII, Jakarta Timur, Sabtu (11/3) malam. Mantan Wali Kota Blitar ini disoraki peserta yang berada di halaman Masjid Attin. Meski sempat ditolak peserta yang hadir, pihak panitia akhirnya mempersilakan Djarot masuk ke masjid.

Kejadian tersebut mendapat sindiran keras lawannya di Pilgub DKI, Sandiaga Salahuddin Uno. Sandiaga menilai, insiden penolakan beberapa warga itu terhadap Djarot merupakan strategi kampanye.

"Jadi saya percaya sih semua warga masyarakat menerima, kecuali itu bagian dari strategi kampanye mereka untuk hal seperti itu," kata Sandiaga di bilangan Lebak Bulus, Jakarta, Jumat (14/4).

Menurut calon wakil gubernur nomor tiga ini, berdasarkan pengalaman jika ingin datang ke sebuah acara sudah dikondisikan oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, insiden penolakan tersebut tak mungkin terjadi.

"Dari pengalaman saya kita kalau Salat Jumat atau ke acara dalam pemilu ini pasti sudah dikontrol mengkondisikan didaftarkan oleh masyarakat," ujarnya

Namun, Sandi juga menambahkan, penolakan tersebut bisa juga terjadi karena kurangnya komunikasi. Sebab, dia menilai, jika ada komunikasi dengan baik kampanye yang dilaksanakan mudah diterima masyarakat.

"Saya selama 18 bulan karena terjadwal dan terkomunikasikan dengan baik alhamdulilah selalu diterima. Dan mestinya juga begitu Pak Djarot selalu diterima selama terkomunikasi yang baik dan sosialisasi yang baik," ucapnya.

0 komentar:

Posting Komentar